Setor Duit Rp. 100 Juta ke Dimas Kanjeng, inilah salah satu orangnya

img
NGAWI – Ribuan orang menjadi korban praktik sesat padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Dari ribuan itu, ada satu nama warga Ngawi yang diduga menjadi korban praktik penggandaan uang salah satu padepokan di Probolinggo tersebut. Kusharsono, 50, yang beralamat di Jalan Diponegoro Kelurahan Pelem Kecamatan Ngawi Kota diduga telah menyetorkan uang Rp 100 juta lebih. ‘’Saya sendiri juga kaget dengar kabar itu pada Jumat (7/10) lalu. Sebab Kusharsono itu warga yang biasa-biasa saja dan nampak tidak neko-neko,’’ ujar kepala Lingkungan (Kaling) Kelurahan Pelem, Tohir saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Lawu, kemarin (9/10).
Tohir mengungkapkan sebelum melaksanakan salat Jumat ada petugas babinkamtibmas, koramil dan Kodim 0805 Ngawi yang datang menemuinya. Kedatangan ketiga orang tersebut memastikan apakah ada warganya yang bernama Kusharsono. Tohir pun manggut-manggut membenarkan Kusharsono adalah warganya dan tinggal di alamat yang sama. Kemudian dirinya menanyakan terkait keperluan mencari Kusharsono. ‘’Ternyata mereka mengabarkan jika Kusharsono tertahan di Probolinggo di tempatnya Dimas Kanjeng itu,’’ ujarnya sambil dirinya diminta untuk mengantarkan ke keluarga Kusharsono.
Dia pun menjelaskan ketiga petugas tersebut jika Kusharsono sudah tidak memiliki tempat tinggal. Hanya menumpang di rumah Kusharyanto, kakaknya yang tinggal di bekas tanah warisan bapaknya. Pun itu jarang sekali kelihatan karena pergi ke luar kota. Sebulan dua-tiga kali berkunjung ke rumah kakaknya selama tiga hari, sebelum akhirnya pergi keluar kota lagi. ‘’Saya ceritakan apa adanya dan kemudian saya antar ke rumah kakaknya,’’ imbuhnya sembari menyebut jika Kusharsono sudah bercerai dengan istrinya yang saat ini tinggal di Goranggareng, Magetan.
Nah, dari mulut Kusharyanto itulah terungkap jika memang benar bapak dua anak itu pengikut ajaran Taat Pribadi yang ditangkap pada 22 September lalu itu. Bermula setelah ada pembagian warisan penjualan rumah dan tanah Joyo Hadi Santoso bapaknya pada awal 2014. Rumah dan tanah laku senilai Rp 1 miliar. Kemudian dibagi masing Rp 200 juta kepada lima orang. Yaitu Lutiningsih, ibunya dan empat orang anaknya termasuk Kusharsono. Setelah itu, mereka memilih untuk tinggal berpencar. Kusharyono, kakak pertama pindah ke Bogor, Jawa Barat, Kusdarminto kakak kedua membeli rumah di Kelurahan Pelem.Sedangkan kakak ketiga membangun rumah sendiri di bekas tanah bapaknya. ‘’Kalau Kusharsono bersama ibunya membeli rumah di daerah Kelurahan Karangasri. Uang warisan si mama (Lutiningsih, Red) juga diserahkan ke Kusharsono karena dia anak kesayangannya,’’ ungkapnya menirukan ucapan Kusharyanto.
Setelah itu, Kusharsono yang bekerja wiraswasta itu jarang berada di rumah. Lutiningsih yang sudah tua ditinggal sendirian di rumah oleh Kusharsono. Karena dikunci dari luar, Lutiningsih sudah tidak bisa kemana-mana. Hingga akhirnya Kusharyanto punya inisitif membawa ibunya untuk tinggal bersama dirinya. Namun baru dua bulan hidup bersama, Lutiningsih meninggal dunia. Saat masih bersama itu lah, Kusharyanto mengetahui jika ada yang aneh dengan aktivitas adiknya. Yaitu ketika Kusharsono membawa poster raksasa Dimas Kanjeng Taat Pribadi bersama dengan pengikutnya. Penasaran dia pun bertanya ke ibunya. ‘’Mamanya bilang kalau Kusharsono itu sedang ikut padepokan yang bisa menggandakan uang. Kusharyanto diminta untuk jangan banyak komentar. Sebab nantinya jika uangnya sudah berlipat, akan dibagikan ke keluarga lainnya,’’ terangnya.
Kusharyanto pun tidak percaya hal itu. Dia meminta ke ibunya agar Kusharsono berhenti mengikuti ajaran di padepokan Dimas Kanjeng. Sebab itu hanyalah sekadar modus penipuan saja. Namun, setiap kali dirinya memberikan nasehat malah omelan yang didapat. ‘’Karena tidak digubris akhirnya kakaknya itu ya cuek saja. Dia sudah tidak bisa berbuat banyak,’’ imbuh Tohir.
Tohir menjelaskan, kedatangan tiga petugas itu hanya sekadar mengabarkan saja. Belum dapat dipastikan apakah akan ada proses pemulangan dari pihak pemkab Ngawi atau Probolinggo. Saat ini Kusharsono masih tertahan bersama ratusan penganut ajaran Taat Pribadi dari berbagai daerah di Indonesia. Pun, belum diketahui alasan, tertahannya penganut itu karena masih berharap uang yang dijanjikan bisa berlipatganda. ‘’Atau karena sudah kehabisan uang dan malu pulang ke rumahnya masing-masing,’’ ujarnya.
Namun demikian, dirinya sudah memberikan wejangan ke masyarakat saat pertemuan arisan. Yakni agar jangan mengucilkan Kusharsono seandainya dipulangkan ke rumah. Namun malah memberikan semangat. Ini lantaran statusnya adalah sebagai korban. Pun dirinya meminta ke Kusharyanto agar mau menampung adiknya itu sampai kondisinya benar-benar pulih. ‘’Setidaknya sampai punya pekerjaan,kasihan karena sudah tidak punya tempat tinggal. Kalau dikucilkan nantinya yang ada malah stres,’’ pinta Tohir.
Duit Warisan Jual Tanah-Rumah
BELUM diketahui pasti berapa uang yang disetor Kusharsono untuk dilipatgandakan di padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Jumlahnya diperkirakan lebih dari Rp 100 juta. Sebab, pria berusia 50 tahun itu menerima warisan dari bapaknya sebesar Rp 200 juta hasil dari penjualan rumah dan tanah. Uang warisan yang diterima Lutiningsih, ibunya sebesar Rp 200 juta diserahkan kepadanya. ‘’Totalnya Rp 400 juta, tapi itu sebagian dipakai beli rumah di Kelurahan Karangasri,’’ ungkap Kusharyanto, kakak ketiga Kusharsono saat ditemui di rumahnya, kemarin (9/10).
Kusharyanto menjelaskan, saat ibunya masih hidup sering diceritakan jika adiknya itu menyetor uang kepada Taat Pribadi setahap demi setahap. Setor awalnya Rp 10 juta, kemudian ditambah lagi Rp 10 juta dalam jangka waktu tertentu. Penambahan uang setoran itu karena Kusharsono dianggap hati dan jiwanya kurang bersih oleh Taat Pribadi. Bapak dua anak itu diminta untuk melakukan ritual terlebih dulu. Sebelum akhirnya kembali ke padepokan membawa uang setoran lagi. Namun, pria berusia 58 tahun itu tidak mengetahui pasti ritual apa yang dilakukan adiknya itu. ‘’Setahu saya setorannya Rp 10 juta, sedangkan sudah lebih dari setahun ikut padepokan Taat Pribadi,’’ jelasnya.
Dia sering menasehati ibunya agar Kusharsono tidak terpengaruh dengan ajaran Taat Pribadi yang bisa melipatgandakan uang. Sebab menurut dia, jika dinilai logika jelas tidak masuk akal ada orang yang bisa menggandakan uang. Namun, setiap kali menasehati malah omelan yang didapat. Ibunya meminta ke dirinya agar tidak ikut campur. Sebab, hasilnya juga akan diberikan ke dirinya sebagai tambahan modal membangun rumah. Pun, untuk biaya berangkat umrah. ‘’Saya hanya bisa mengelus dada ketika nasihat saya tidak dianggap,’’ imbuh Kusharyanto.
Dirinya sudah tidak heran Ketika kasus Taat Pribadi ramai di media massa dan TV. Pun sudah meyakini jika adiknya ikut sebagai salah satu santri yang memilih bertahan di padepokan di Probolinggo. Sebab, selama empat bulan terakhir, Kusharsono sudah tidak pernah datang ke rumahnya. Nomor handphone juga sudah tidak bisa dihubungi. Namun demikian, dirinya tetap saja kaget ketika ada petugas dari babinkamtibmas, koramil dan Kodim Ngawi datang ke rumahnya diantar kepala lingkungan (kaling) Kelurahan Pelem Tohir. Dengan tujuan menanyakan status Kusharsono. ‘’Saya kaget bukan karena adik saya itu ikut-ikutan ajaran Dimas Kanjeng, tapi saya mengira kalau adik saya itu terlibat dua kasus pembunuhan pengikut Taat Pribadi,’’ jelasnya. (mg3/ota) Sumber : radarmadiun.co.id

0 Response to "Setor Duit Rp. 100 Juta ke Dimas Kanjeng, inilah salah satu orangnya"

Post a Comment